Kak Amir
sulit tuk percaya
aku yang sudah mati
diterkam, dibunuh
puisi puisi luguku sendiri
lalu kini berdiri
mulai menantang hari
dan menulis puisi matahari
kau mengajar lewat puisimu
sungguh!
kau adalah guru segala puisiku!
meski ini kaki hilang jejakmu
tapi ini hati slalu jadi murid sajakmu!
Abdurrahman Faiz
bagaimana mungkin
sedini itu ada sajak
sentuh palung hati
para para tak bijak
namun ini hati percaya
bila kau yang bicara
Diena Rifaah
bangga
kagum
takjub
perempuan harus lepas
dari temali kekang
saatnya, lelaki jadi puisi
dan kita
tinggal bersyair
M. Aan Mansyur
buku bukumu lebih tahu aku
dibanding-mu-
mereka bicara banyak
tentang menulis sajak
mereka seolah punya corak
khas membenci bapak
mereka mereka pun tahu
aku punya satu corak sama
denganmu
nanti kuberi tahu
salah satunya, kuambil setengah
aku mencintai puisimu.
Nur Fitriani Zainal
sekian kalinya
aku bangga
memang kita harus bangkit
negeri ini sakit!
dan kau, perempuan
datang lagi
namun tidak atas nama puisi
engkau penyair!
Moh. Mustamar Natsir
aku tak pernah mampu
mendefinisikanmu
sebab tiap hitungan waktu
adalah malaikat malaikat
yang turun yakinkanku
:bahwa kau lebih baik dari puisimu!
Achmad Irfan
lebih dari sekedar penyair!
kau mahir, ayah!
mahir lantunkan kisah..
Fahmi Ramadhan
bukan puisi yang buatmu agung
namun tapak langkah susah
jerit sang fatahillah
dan garis senyum abadi
itu yang buatku kagum padamu, penyair!
Eko Putra
kau membaca sejarah
tuk tulis puisi
pun kadang
kau tulis sejarah
tuk sekedar membaca
sebuah puisi
jarang kutemui lelaki
yang mau jadi puisi
-----------------------------------------------
Makassar, 1 Mei 2008
"Tak perlu jauh-jauh, penyair-penyair hebat ada di hadapanku..."
Selasa, 06 Mei 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
hiks...
segitunya
namaku juga ada disitu
bener neh
terbang aku...
puisi yang sangat jujur.. saya sangat tertarik dan terkagum membacanya..
jarang ada orang yang mengatakan keunggulan orang lain.. salam kenal...
Posting Komentar